Suhandayana
RUH KE SUNYI
Kalau sudah ruh, mana ku,
mana kemeja atau sepatu, duri atau ragu,
hari-hari tak lagi butuh haru?
Kalau sudah ruh, topeng atau cadar masih laku
tetap kudemo ketelanjangan, sebab
hanya di kedalaman ruh meronda lirih
menguras waktu mengajakku pergi
ke sudut tanpa bidang yang musti
kau tuju : pertemuan ruh nan indah
hingga tak mampu menilai suci,
dan Mahasunyi tetap sendiri
berdiri menahan ruh-ruh semau-Nya
Saat itu rindu habis dimakan temu
Surabaya, 29 Desember 2007
Suhandayana
mengapa puisi diterjemah lewat bahasa lisan tulis dan isyaroh, kita tau tak sepenuh makna ketika mengubah kemasan satu intuisi dalam juta kesepakatan, tanda betapa manusia sering mudah terhimpit batu-batas, lalu puisi tak mampu meretas cadas
Surabaya, 2008
Suhandayana
laut bergemuruh, pun jika gelombang tenang, kenalkah sari api kau bawa pergi dari palung ke pantai sunyi, itu membakarku diam-diam lewat jaring dan pukat nelayan lewat buih di atas tambak petani garam, dan berasa hatiku asin ketika diiris-iris tajam angin di bumi haru tanah kering-Mu
Surabaya, 25 Januari 2008
Suhandayana
langit-langit-Mu
memayungiku
tapi jangan membisu
ataukah itu problem fungsi telingaku
bumi tujuh-Mu
memandangiku
tapi jangan memburu
ataukah itu jalan pendek mataku
tujuh langit tujuh bumi petunjuk-Mu
itulah sandanganku
agar pantas kudaki maksud-maksud-Mu
dengan langit Kau sayangi aku
dari bumi Kau cemeti aku
demi ridho-Mu Kau hampar kuasa-Mu
agar kumamah semua itu sebelum melepas
rindu dalam surga-Mu
Surabaya, 25 Januari 2008
day
1 komentar:
bagiku ini luar biasa....
salam kenal...
Posting Komentar